
ILUSTRASI anak-anak bermain layang-layang. (IST)
Banjarmasin (edukalteng.com) – Nasib nahas dialami bocah perempuan berusia tujuh tahun di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Mulutnya robek parah setelah terkena benang layangan jenis gelasan saat melintas di Jembatan Patih Masih, Banjarmasin Utara, Rabu (9/7/2025) sore.
Insiden itu terjadi sekitar pukul 15.30 WITA ketika korban baru saja pulang terapi wicara (speech delay) bersama ibunya, Happy Noor Azizah (32). Mereka menaiki sepeda motor menuju rumah di kawasan Jalan Belitung, Banjarmasin Barat. Saat menuruni jembatan, tiba-tiba saja seutas benang layangan membentang di jalan dan langsung menjerat bagian mulut sang anak.
“Saya pikir dia capek habis terapi, makanya minta duduk di depan motor. Tiba-tiba saja darah langsung mengucur dari mulutnya kena benang layangan,” tutur Happy dengan suara bergetar saat ditemui di selasar rumah sakit.
Tak hanya putrinya, Happy sendiri juga sempat tersambar benang tajam itu di leher. Beruntung, jilbab yang dikenakan menahan goresan lebih dalam. “Kalau tidak pakai jilbab, mungkin saya juga luka,” ujarnya.
Warga sekitar yang melihat kejadian langsung membantu membawa mereka ke RS Annisa. Namun lantaran rumah sakit itu khusus bersalin, korban kemudian dirujuk ke RS Suaka Insan. Sayang, karena memerlukan tindakan operasi plastik, keluarga kesulitan biaya.
Upaya untuk mendapatkan penanganan di Rumah Sakit Siaga pun kandas karena dinilai sebagai kecelakaan tunggal lalu lintas. Akhirnya, korban dibawa ke RSUD dr. Moch Ansari Saleh.
“Alhamdulillah akhirnya ditangani di sini, sekarang anak saya sedang di ruang operasi. Katanya bisa tiga jam lebih. Saya sendiri tidak berani menunggu di depan ruang OKA, takut pingsan,” ungkap Happy.
Dokter menyatakan luka di mulut bocah malang itu cukup lebar sehingga harus dijahit melalui operasi. Hingga berita ini ditulis, tindakan medis masih berlangsung.
Sementara itu, warga sekitar mengaku tidak sekali ini saja benang layangan memakan korban. Asruddin, warga setempat, menuturkan sehari sebelumnya seorang perempuan pengendara motor juga terjatuh usai benang layangan menyangkut di lehernya.
“Benangnya putus melintang di jalan, korban sampai jatuh dari motornya,” katanya.
Selain benang gelasan yang mengancam, aktivitas anak-anak mengejar layangan putus di jalan raya juga dinilai membahayakan. “Mereka pakai tongkat panjang sampai ke tengah jalan. Sudah sering ditegur, tapi tidak kapok-kapok,” ucap Khairani, warga lainnya.
Happy berharap musibah yang menimpa putrinya ini menjadi perhatian pemerintah dan pihak berwenang agar lebih tegas menertibkan permainan layangan di area lalu lintas. “Saya tidak ingin kejadian seperti ini dialami orang lain. Sampai sekarang pun saya masih belum tenang,” pungkasnya dengan mata berkaca-kaca. (net/rzk)