
STRIKE - Pengunjung Kolam Pemancingan Datu Mangku, Palangka Raya, menunjukkan ikan gurame hasil tangkapannya, Minggu (22/6/2025).
(Oleh: saripudin)
Pemandangan alamnya indah, lingkungannya asri alami, arealnya luas dan lapang. Kolam ikannya variatif, infrastruktur pendukungnya memadai, dan lokasinya masih dalam wilayah Kota Palangka Raya. Kelebihan itulah yang ditawarkan Kolam Pancing Datu Mangku para angler.
Tapi tak hanya itu, rekreasi memancing di tempat ini juga bisa menjadi sarana edukasi bagi anak-anak untuk memahami ekosistem dasar alam khas Kalimantan dan spesies-spesies ikannya. Tak heran, tempat ini selalu ramai dikunjungi keluarga untuk memancing dan menikmati ketenangan alam.
“Kami biasa kesini untuk memancing,” kata Nani, guru SD di Palangka Raya yang datang memancing bersama suami dan dua putranya. Hampir setiap akhir pekan keluarga ini datang memancing di area tersebut.
Kolam Pemancingan Datu Mangku berlokasi di Jalan Mangku Raya. Lokasi ini dapat dijangkau melalui dua jalur. Pertama, melalui Jalan RTA Milono menuju Jalan Manduhara. Kedua, melalui Jalan Mahir Mahar lingkar luar menuju Jalan Manduhara. Dari pusat Kota Palangka Raya, jarak lokasi pemancingan ini sekitar 11 kilometer.
Mulai dibangun tahun 2012, Datu Mangku dibuka di areal lahan lebih dari 4 hektare. Lokasi tersebut berada tidak jauh dari bibir Sungai Sabangau, Kelurahan Kereng Bangkirai yang sejak lama menjadi destinasi wisata alam air hitam.
“Awalnya murni untuk budidaya ikan. Hasilnya kita pasok untuk memenuhi permintaan pasar. Setelah beberapa waktu berjalan, sering warga sekitar datang dan meminta izin memancing,” cerita Nurdin, pemilik sekaligus pengelola Kolam Pemancingan Datu Mangku kepada edukalteng.com, Minggu (21/6/2025) sore.
Dari cerita warga, sejumlah pemancing lain dari berbagai wilayah di Kota Cantik ikut berdatangan untuk merasakan sensasi tarikan ikan di kolam-kolam yang berisi ikan budidaya maupun alami alias liar di tempat ini. “Saat itu mulai sering datang komunitas-komunitas maupun kelompok kecil penggemar mancing,” ujarnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Lurah Danau Tundai dan Kereng Bangkirai itu melanjutkan, para pemancing inilah yang meminta agar lokasi tersebut ‘diresmikan’ saja sebagai arena wisata kolam pemancingan. Ide itupun direalisasikan pada tahun 2012 dengan mulai dibukanya Kolam Pemancingan Datu Mangku untuk umum.
“Sebagai identitas dan memudahkan pengunjung, kolam pemancingan ini perlu nama. Kebetulan lokasi ini berada di Jalan Mangku Raya. Mangku, merupakan tokoh mitologi yang dihormati dalam budaya masyarakat Dayak di sini. Dari situlah kita namakan tempat ini Kolam Pemancingan Datu mangku,” papar Nurdin.
Sejak saat itu, jumlah pengunjung yang datang terus bertambah. Cerita keseruan di lokasi, baik dari mulut ke mulut, maupun cuitan warga di media sosial menjadi promosi tidak langsung yang semakin membuat Datu Mangku populer, khususnya di kalangan warga Kota Palangka Raya.
Pada periode pandemi Covid-19, kolam pemancingan Datu Mangku mengalami puncak peningkatan pengunjung menyusul banyak dihentikannya rutinitas kerja warga alias lockdown. Areal kolam yang luas dan tersebar membuat arahan pemerintah untuk “jaga jarak” pada periode itu dapat terlaksana dengan baik.
Seiring waktu, berbagai pembenahan untuk memberikan kenyaman bagi pengunjung terus dilakukan. Selain kolam-kolam pemancingan, fasilitas pendukung yang telah berdiri di lokasi ini. Di antaranya, taman hijau yang teduh untuk area santai pengunjung, pondok makan dan minum, gazebo, areal parkir, toilet dan kamar mandi, musala tempat ibadah, dan lain-lain. Ke depan, pengelola berencana melengkapinya dengan fasilitas bermain anak.
“Kolam pemancingan ini layaknya sudah menjadi milik publik. Kami hanya mengelolanya. Para pemancing pula yang banyak berinisiatif dalam pengembangan. Ada yang memberikan sumbangan keramik lantai untuk musala, pembuatan gapura, plang nama, dan lainnya,” papar Nurdin.
Mantan ASN Dinas Lingkungan Hidup itu melanjutkan, saat ini jumlah kolam yang dioperasikan sebanyak 23 buah. Sebanyak 7 kolam diantaranya dijadikan spot pemancingan bagi pengunjung. Selebihnya tetap difungsikan sebagai kolam pembibitan dan budidaya ikan.
Adapun ikan-ikan yang dibudidayakan untuk dipancing di antaranya, patin, papuyu (betok), nila, gurame, bawal, baung. Pada satu kolam semi alami berukuran paling besar yang menjadi spot favorit pemancing, terdapat ikan-ikan endemik Kalimantan Tengah seperti haruan (gabus), karandang, behau, kakapar, sepat siam, dan lain-lain.
Ditambahkan Nurdin, puncak kunjungan warga saat ini terjadi di akhir pekan, yakni tiap Sabtu dan Minggu serta hari libur. Kelompok pengunjung terbanyak adalah keluarga yang membawa anak-anaknya.
“Tak hanya rekreasi memancing, di sini para orangtua dapat mengajari anak-anaknya untuk mengenal karakteristik lingkungan alam Kalimantan yang memiliki perbedaan dengan daerah lain. Juga mengenalkan spesies-spesies ikan, baik budidaya maupun alami secara langsung pada anak-anaknya,” sebut Nurdin.
Selain memancing, lanjutnya, banyak pula pengunjung yang datang hanya untuk bersantai sekaligus bercengkrama dengan anggota keluarganya. Suasana yang alami dan jauh dari hiruk pikuk lalu lintas perkotaan sangat mendukung terciptanya kebersamaan keluarga di tempat itu.
Adapula yang datang untuk berwisata kuliner ke tempat ini. Mereka sengaja berkunjung untuk menikmati makan siang dengan lauk fresh yang baru diangkat dari kolamnya.
Datang berekreasi ke lokasi ini juga terbilang murah. Pengunjung dapat masuk bebas tanpa biaya tiket. Para pemancing bisa membawa alat pancingnya sendiri atau menyewa di stan pengelola. Umpan pancing pun tersedia untuk dibeli.
Ikan hasil pancingan dapat dibawa pulang setelah ditimbang dan dihargai. Patokan harga yang dikenakan pengelola relatif sama dengan harga jual ikan di pasar. Jika ingin dimakan di tempat, pengelola juga memberikan jasa memasak, lengkap dengan tambahan nasi dan sayurnya.
Nurdin menuturkan, untuk pelayanan pengunjung dan operasional budidaya kolam ikan, pihaknya memperkerjakan sekitar 10 karyawan, baik tenaga tetap maupun freelance. Mereka kebanyakan warga Kelurahan Kereng Bangkirai, sebagai bagian dari komitmen pengelola untuk memberdayakan ekonomi masyarakat setempat. ***