
IKLAN RCTI bertemakan Pasar Terapung Banjarmasin produksi tahun 1994 dengan Hj Parida sebagai modelnya (kiri). Hj Parida di ediaman semasa hidupnya (kanan). (FOTO: IST)
GENERASI tahun 90-an di Indonesia pasti akrab dengan video iklan stasiun televisi swasta RCTI yang menggambarkan suasana Pasar Terapung Kuin, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel). Iklan berdurasi sekitar 31 detik itu ditutup dengan tampilan perempuan sederhana yang mengacungkan jempol sambil berkata, “RCTI Oke!”.
Perempuan paruh baya itu adalah Hj Noor Parida, yang akrab disapa Acil Ida. Acil (tante dalam bahasa Banjar) Ida bukanlah artis. Dia adalah pedagang asli di Pasar Terapung Kuin, tempat syuting video promosi tersebut pada akhir tahun 1994. Video ini mulai tayang pada 1995 dan menjadi salah satu tayangan identitas RCTI selama bertahun-tahun.
Hal unik dalam proses produksi kala itu, Acil Ida hanya menerima bayaran Rp40 ribu dari pihak rumah produksi yang mengerjakan proyek tersebut. Nominal yang memang cukup berarti di masa itu, namun tetap jauh dari nilai kontribusi ikoniknya. Uang tersebut digunakan Acil Ida untuk membeli perlengkapan ibadah.
Selama 7 tahun tayangan itu menghiasi layar kaca, manajemen RCTI tidak mengetahui bahwa sang bintang iklan hanya menerima honor sebesar itu. Fakta ini baru terungkap setelah sebuah surat kabar lokal di Banjarmasin memuat kisah Acil Ida. Respons pun datang dari pihak RCTI, yang merasa terkejut dan tersentuh.
Sebagai bentuk penghargaan, Acil Ida kemudian diundang ke Jakarta dan diberikan bantuan berupa televisi serta uang tunai. Pada tahun berikutnya, ia kembali diundang untuk hadir dalam perayaan ulang tahun RCTI ke-14 dan menerima bantuan tambahan, yang digunakannya untuk membeli sepeda motor.
Selain menjadi ikon televisi, kehadiran Acil Ida dalam promosi itu juga membawa berkah bagi Pasar Terapung Kuin. Pasar yang sebelumnya kurang dikenal, menjadi salah satu destinasi wisata favorit, bahkan hingga mancanegara.
Acil Ida wafat pada 25 Juni 2020, meninggalkan kenangan mendalam bagi warga Banjarmasin dan masyarakat luas yang mengenalnya lewat layar kaca. Ia dimakamkan di dekat pusara sang suami di kompleks keluarga.
Kisahnya menjadi contoh nyata tentang bagaimana sosok sederhana bisa memberi dampak besar bagi budaya populer Indonesia. (sar/berbagai sumber)