
INDONESIA adalah negeri yang kaya akan seni budaya. Salah satunya, seni bela diri tradisional yang di setiap daerah punya karakteristik tersendiri. Dunia mengenal pencak silat, seni bela diri tradisional warisan nenek moyang Ibu Pertiwi. Masyarakat Suku Dayak Kalimantan Tengah menyebutnya “kuntau”.
Dulu, kuntau adalah keterampilan bela diri yang wajib dimiliki para ksatria Dayak untuk mempertahankan harkat dan martabat daerah. Jengkal demi jengkal Bumi Tambun Bungai, keselamatan generasi ke genenarasi dijaga dengan keahlian ini.
Seiring waktu, kuntau tak lagi sekadar keterampilan membela diri dan petak danum (tanah air). Ia jadi atraksi hiburan di berbagai upacara adat dan ritual. Pesta pernikahan tradisional Suku Dayak salah satunya.
Di acara itu, seni bela diri kuntau dihadirkan dalam sub acara yang disebut “Lawang Sakepeng”. Artinya, pintu sekeping. Makna simbolisnya, pintu penghalang kebahagiaan rumah tangga kedua mempelai harus disingkirkan oleh para pendekar kuntau.
Di era modern saat ini, seni bela diri kuntau terus dilestarikan. Tak hanya di kalangan masyarakat, pemerintah daerah menampilkannya sebagai salah satu cabang lomba olahraga tradisional pada Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) setiap tahunnya.
Pada even FBIM yang digelar di Kota Palangka Raya, Mei 2025 lalu, redaksi edukalteng.com mendokumentasikan aksi-aksi para ksatria Dayak yang tampil di nomor lomba Lawang Sakepeng. Berikut sebagian momen yang terekam melali lensa kamera kami. (Pengantar dan dokumen foto: Saripudin)






)* Redaksi menerima dan menayangkan kiriman koleksi foto (esay foto) dari pembaca. Silahkan kirim foto-foto menarik anda ke e-mail: redaksiedukalteng@gmail.com dan konfirmasikan kiriman melalui WA: 085249308147.