
ROKET H3 yang sedang dikembangkan Jepang. (ILUSTRASI: NET)
SAAT menyasikan peluncuran roket, banyak orang heran. Kenapa roket tidak langsung naik lurus ke atas, tapi malah terlihat menyamping atau melengkung?
Jawabannya ada di fisika dan efisiensi bahan bakar. Untuk bisa mengorbit Bumi, roket butuh kecepatan horizontal yang sangat tinggi, bukan hanya ketinggian. Tujuan peluncuran bukan sekadar “keluar” dari atmosfer, tapi mencapai kecepatan orbit sekitar 28.000 km/jam agar bisa melayang mengelilingi Bumi, bukan jatuh kembali.
Roket awalnya memang naik lurus untuk melewati bagian atmosfer paling padat, tapi setelah beberapa detik, roket mulai melakukan “gravity turn” atau belokan gravitasi sebuah manuver terencana untuk perlahan-lahan mengubah arah dorongan dari vertikal menjadi horizontal.
Selain itu, lengkungan lintasan roket juga terlihat karena perspektif dari permukaan Bumi. Kita melihat roket dari jarak jauh, dan lintasan yang sebenarnya melengkung secara alami terlihat seperti roket menyamping atau bahkan “turun” saat mendekati horison.
Fakta menarik lainnya: peluncuran roket biasanya diarahkan ke arah timur, mengikuti rotasi Bumi. Ini memberikan tambahan kecepatan sekitar 1.600 km/jam secara gratis sehingga menghemat bahan bakar.
Jadi, apa yang terlihat aneh justru bagian dari kecanggihan teknologi penerbangan luar angkasa: semua gerakan roket adalah hasil perhitungan presisi antara gravitasi, atmosfer, kecepatan orbit, dan arah rotasi Bumi. (red/berbagai sumber)