
KAPAL bantuan kemanusiaan Madleen. (FOTO: IST)
Jakarta (edukalteng.com) – Sebuah kapal yang membawa bantuan kemanusiaan dari Italia menuju Gaza dicegat oleh militer Israel, Senin (9/6/2025) waktu setempat, sebelum sempat merapat ke wilayah Palestina. Seluruh barang bantuan disita oleh Israel.
Kapal bernama Madleen itu merupakan bagian dari armada Freedom Flotilla, koalisi internasional yang berupaya menembus blokade Gaza. Namun Israel telah lebih dulu mengeluarkan peringatan agar kapal tidak mencoba memasuki wilayah laut yang diblokade.
Lewat unggahan di akun X, Kementerian Luar Negeri Israel menyebut kapal tersebut sudah “mendarat dengan selamat di pantai Israel” dan para awak termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg kemungkinan akan segera dikembalikan ke negara asal mereka.
Israel juga menyinggung bahwa rombongan ini hanya membawa bantuan dalam jumlah kecil, yang disebut tidak lebih dari satu truk, sementara lebih dari 1.200 truk bantuan telah masuk Gaza dalam dua pekan terakhir melalui jalur resmi.
Sementara itu, Freedom Flotilla menuding Israel telah “menculik” para aktivis. Mereka mengklaim kapal diserang di perairan internasional oleh drone quadcopter yang menyemprotkan zat putih beraroma tajam sebelum akhirnya tentara Israel naik dan mengambil alih.
Desakan akses media internasional
Dalam perkembangan lain, lebih dari 140 organisasi media dunia menyerukan agar Israel membuka akses bagi jurnalis asing untuk meliput langsung situasi Gaza. Sejak perang pecah kembali sekitar 20 bulan lalu, wartawan asing nyaris tak diizinkan masuk.
Jodie Ginsberg, CEO Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), mengatakan ketiadaan peliputan independen membuat informasi sering simpang siur.
“Kalau tak ada liputan langsung, dunia hanya mendapat narasi satu pihak,” ujarnya.
Kondisi di Gaza sendiri kian memprihatinkan. Menurut UNICEF, jumlah anak yang mengalami malnutrisi akut meningkat hampir tiga kali lipat sejak masa gencatan senjata awal 2025. James Elder dari UNICEF menuturkan anak-anak yang dirawat di rumah sakit banyak yang nyaris tak selamat lantaran kekurangan obat dasar, termasuk pereda nyeri.
“Ada tangisan yang memilukan karena luka-luka mereka, tapi obat penghilang rasa sakit saja tak tersedia,” ujarnya kepada jurnalis. (net/rzk)